Selasa, Mei 12, 2009

Alam tak pernah menipu



satu hari di tanggal 7 saya ke Subang

Ada rasa penat yang tak mau pergi, rasa berat yang entah berat karena apa. tiba sahabat mengundang datang ke pernikahannya langsung saja kuanggap itu hari untuk melarikan diri.

meninggalkan batas kota dengan kabupaten saya sudah lega, Ledeng yang biasanya kumaki karena macetnya hari itu kuanggap lengang. Motor yang biasanya melaju kencang kini kukendorkan. semakin atas lembang semakin hijau, terasa lepas kepenatan, sesak, silau karena budaya kota. harum rumput basah, embun tebal, hamparan teh membawa saya pada sebuah kenangan masa kecil, masa puber, kenangan yang sekiranya hari itu akan kututup namun tak berhasil. karena pemilik kenangan itu tak datang...

andai hari itu pemilik kenangan datang, bukan lagi cecaran yang kuutarakan. bukan kata mesra yang kubisikkan, bukan juga kenangan setipis asap kuhadirkan namun ucapan maaf. maaf karena ternyata saya jadi tau rasanya dulu disakiti, maaf karena kemanjaan yang katanya dia suka dariku ternyata membawaku pada pemikiran singkat dan tahukah... saya sedang merasakannya sekarang apa yang kamu rasakan dulu. ingin percaya ini karma tapi seorang muslim tak boleh percaya karma. karena tiap detik adalah darah itu sendiri bagi kehidupan seorang muslim, sekarang mungkin sial besok belum tentu. kebahagiaan bukan dari harta benda tapi dari hati. ketika kita percaya karma ada maka karma akan terjadi. terimakasih pernah melalui hari2 penuh kebodohan namun juga kelaparan mencari ilmu, andai dulu saya datang dipernikahanmu sayangnya kau lupa mengundangku. jadi inget buku keren karya Puthut EA berjudul SARAPAN PAGI PENUH DUSTA karena semua yang pernah kualami ternyata centang perenang dijelaskan dalam buku itu.

sebulan saya salin lagi sebuah buku yang pernah dikirim padaku, mati-matian kuketik dan kususun serapi mungkin. saya berniat bayar hutang apalagi dalam bukunya tertulis banyak puisi yang 'berjiwa'. kupikir kalau kukembalikan pada penciptanya maka karya yg berupa lempung akan berubah menjadi guci cantik. makanya buku itu masih ada padaku (siapa tahu penasaran)



Pernikahan sahabatku meriah sekali, saya bertemu beberapa teman yang masih mengenaliku (sayang saya punya short term memory hingga banyak yang lupa). dia bahkan menemaniku seharian merefresh lagi memori yang dengan susah payah ku recall. dia maklum, dengan bodohnya saya lupa kalau temanku ini sering menelepon sewaktu SMA bahkan dia mengiringiku pulang walau hanya sampai batas kampung, entah dia melihat post ini tapi kuucapkan banyak terimakasih untuk Darwan. semua kenangan ini membuatku merinding karena jaraknya hanya beberapa tahun saja tapi semua berubah total. saya hampir tak mengenali kampung tempatku dulu menikmati awal titik embun di pagi hari sehingga menghasilkan efek suhu yang seharusnya dingin menjadi hangat. atau berada di depan tungku/hawu sepagian bercanda dengan kakek-nenekku tercinta (moga mereka diberi keselamatan di Alam Barzah) sambil ditemani singkong mentega dan teh pahit yang jauh dari rasa kota. keramahan khas kampung berbaur dengan loe-gue di hape. ternyata benar tak ada keabadian di dunia.


Sepertinya saya akan kembali ke subang dalam waktu dekat dengan well prepare, batere Hp dan kamera full bat. bukan untuk pemilik kenangan, bukan demi masa lalu tapi untuk bersilaturahmi dan nyekar namun juga karena saya tahu alam tak pernah menipuku lewat keindahannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar