Minggu, Mei 11, 2008

Malam Minggu-mu ada dimana?

Hampir seperti rutinitas malam minggu saya ada di taman pengelolaan kebudayaan Jawa Barat Dago Tea house setiap kali ada pementasan seni dari seluruh kota terutama Jawa Barat, Sebagai bentuk kepedulian provinsi terhadap kota didalamnya disediakanlah wadah dan waktu untuk berkreativitas dalam agenda rutin tahunan. Saya suka sekali kesana selain tempatnya ada tepat dibelakang kampus namun tempat ini juga menjadi tempat Favorit saya sejak SMU.


Berbeda dengan banyak malam pagelaran seni sebelumnya, malam kemarin jauh lebih meriah. Kebetulan seminggu belakang sedang diadakan pesona budaya Cirebon. Semua tokoh tumplek disana mulai dari pejabat pemerintahan, pelaku dan penikmat seni, wartawan bahkan anak kecil. Tea House lebih penuh dari biasanya, maklum ada pembagian makanan khas Cirebon juga. Ngomong-ngomong soal makanan, disabuse apa sih makanan terbuat dari tepung ketan manis tapi berisi sesuatu yang pedes sekali seperti merica?.


Dalam seminggu itu juga ada pameran kerajinan tangan dan lukisan, namun ada yang membuat saya jauh terkesima yaitu batiknya. Selama ini saya kurang mengetahui kalau Batik Mega Mendung yang diidentikkan dengan Batik khas Jabar berasal dari Cirebon bahkan banyak corak batik yang menakjubkan yang berbeda dengan tanah Jawa.sayang saat itu saya tak bawa kamera.


Malamnya baru disuguhkan pementasan dramatari “Rangdu Kentir” sebagai penutup rangkaian kegiatan, tak banyak yang bisa saya ceritakan karena dramatari selalu berisi kemenangan kebaikan melawan kejahatan dibungkus dengan sentuhan adat dan agama, percintaan yang terpisah oleh waktu dan dunia. Namun begitu dramatari tak pernah serupa karena pembedanya yaitu tariannya sendiri. Semalam tariannya rampak dan ajaibnya dilakukan bukan oleh muda-mudi Cirebon melainkan oleh para sesepuh seni yang mungkin sudah berumah tangga sampai-sampai Bapak-bapaknya lupa bermake-up panggung.


Saya terkesan saat penutupan diadakan tayuban. Semua penari menarik penonton untuk menari. Bila dibelahan tanah Sunda lain ini dinamakan sawer dan lebih dimaksudkan pada erotisme maka tayuban lebih pada penghormatan penari pada penontonnya. Semua orang yang hadir ditarik tanpa paksaan, ada KADISBUDPAR JABAR, KADISBUDPAR CIREBON, Jajaka dan Rara Cirebon, sampai para turis asing ikut turun menari dan penuhlah area pementasan. Kehebohan yang sama ditampilkan kota Depok seminggu sebelum Cirebon


Saya menunggu kehadiran kota lain diJABAR melakukan hal yang sama di Tea House, karena sebenarnya wadah dan waktu selalu ada, diskriminasi itu sebenarnya hanya pikiran sebagian orang yang individualistis saja. Modernitas dan pendidikan justru peregang persatuan, maka sedihlah saya ketika tahu Bogor dan Depok akan membentuk provinsi baru. Saya sedang membaca dulu lengkapnya mengenai ini akan saya posting kemudian. Salam

Sabtu, Mei 10, 2008

Bendera Putih

Siapa tak kenal keagungan Taj Mahal? Keromantisan sejarah pembangunannya?
Taj Mahal selalu jadi simbol kekuatan cinta, terletak di kota Agra India disebelah sungai yang mungkin tak seindah di setiap jepretan kamera. Dulu tepatnya akhir tahun 2001 saya menggilai bangunan ini untuk alasan yang tak jelas.

Mendownload semua gambar Tajmahal yang kemudian semuanya hilang setelah komputer saya di format ulang. Sekarang saya sedang ingin melambangkan posting ini dengan Taj Mahal kali ini dengan alasan nostalgia dan juga simbol : saya menyerah pada kekuatan cinta....

seminggu yang lalu, badan saya menggigil, demam akibat batuk dan flu. Derita itu saja belum cukup karena tiba-tiba saya harus mempersiapkan sidang skripsi hanya 5 hari itupun 2hari dipotong weekend, sedangkan birokrasi syarat-syarat skripsi yang aduhai itu bukan perkara mudah. Demam tak dirasa dulu, saya kekampus dan karena teledor syarat saya kurang tanda tangan ketua jurusan sedangkan pendaftaraan ditututp jam 5 sore dan admin baru buka jam 2.

bila anda kenal Bandung coba bayangkan saya harus berangkat dari dago tea house-jatinangor-dago tea house hanya dengan waktu 3 jam! Apa gak pengen gila tuh? Sudahlah daripada 'karugrag' saya menyerah saja pada keadaan seandainya memang harus diundur. Singkat cerita bisa juga saya sidang tanggal 13 mei nanti.

Lalu apa hubungannya dengan Taj Mahal??

jujur saja jemawanya saya akhirnya runtuh juga. Selama skripsi ini saya ngebatin sekali, nangis bukan lagi jawaban. Saya akhirnya menyadari bahwa saya membutuhkan pacar untuk menemani. Tadinya saya pilih Taaruf dalam meilih jodoh kenyataannya saya tak siap nikah namun tak siap sendiri.

Saya belum terlalu akhwat dalam pergaulan jadinya saya suka sendiri sedangkan teman2 pada berpasangan, kadang mereka meledek walaupun seringnya mereka menyarankan segera cari pacar. Mungkin bila berdua segala beban perasaan atau memang beban fisik dapat terbagi dan keteledoran tak harus terjadi. Malah akhir-akhir ini keteledoran itu semakin menjadi, orang sunda menyebutnya 'Jangreung' artinya secara tak sadar yang bersangkutan ingin segera berpasangan baik dalam konteks pacaran ataupun menikah. Tiba-tiba istilah itu menjadi pembenaran untuk langkahku

Apa hukumnya saya tak tahu, moga saja tak terlalu berat dan moga saja saya cepat membuka hati.