Selasa, November 25, 2008

Obrolan Menjemukan

"Teu kabita neng?" ga kepingin neng?

kalimat yang selalu ibu-ibu utarakan pada para gadis yang sialnya tinggal aku ketika menghadiri pernikahan kerabat atau tetangga. mana yang lebih parah dengan pertanyaan 'kapan nikah?'. karena jawaban mei menjadi jargon sebuah iklan rokok maka kata-katanya berganti jadi ASAP atau Sapar (saparengna)

kalau mau serius memikirkan pertanyaan itu aku pasti menjawab "teu", sebab ketika menjawab kulihat perempuan sedemikian repotnya memikirkan budget yang ditanggung 75% oleh keluarganya sendiri beserta tetek-bengeknya, lalu ada upacara siraman yang entah tujuannya apa, lalu memilih kebaya beserta make-up yang mungkin tak sedemikian penting.

kuberitahu sesuatu yang membuatku kabita

memuliakan orang tua sampai mereka puas, berguru pada ratusan inspirator hidupku, melayani jutaan anak yatim, mempunyai anak angkat, menjadi anak negeri yang membanggakan atau setidaknya aku menemukan lelaki yang aku jatuh 'gila' padanya siap menghadapi kasarnya angin bumi berdua sampai mau menikah hanya dengan mahar 10.000 di sebuah KUA desa kecil hanya dihadiri keluarga inti dengan uang hasil keringat sendiri, tanpa perlu kebaya mahal, pernikahan mewah, atau ritual lainnya yang hanya untuk menutup mulut para penggosip.