Selasa, Oktober 30, 2007

Berlibur di Rumah Paman

Judul itu saya pilih karena selalu ingat lucunya pada temen kampus ketika melihat saya bingung cari judul dianya ngeledek demikian.
ganti topik saja ke lebaran toh aroma syawal masih kental diudara
hampir kecewa karena saya pikir harus menjilat ludah sendiri dengan tulisan saya di blog bahwa takbiran selalu hujan. takbiran tahun ini tak hujan!, namun siangnya sang hujan baru turun jadi saya bisa lega hati setahun kedepan rahmat masih turun, namun bulan memang tak muncul. khusus untuk bulan yang jadi polemik seru di blog pejalanjauh, p pikir karena selama puasa kita menantikan bulan. bulan muncul hanya beberapa derajat dari garis langit sudah masuk lebaran. makanya ada 2 pendapat dalam menentukan hilal ini, herannya sekarang sudah ada 3 pemikiran tentang datangnya lebaran. saya sih mengamati saja.
namun ada yang bikin saya lebih kecewa, saya tak menonton warkop DKI di hari lebaran. memang begitu tradisi kita berjalan selama ini bukan? ketupat, baju baru dan warkop DKI. saya seperti kehilangan semangat lebaran tanpa adanya film mereka di TV. tak lama kecewa saya terbayarkan karena Trans7 menayangkan film mereka selama sepekan yah lumayan-lah.
masih inget waktu kecil dulu semua anak muda memadatangi gedung bioskop khusus untuk menonton film sang trio legendaris. marketingnya juga hebat hanya menayangkan film terbaru di bioskop di hari dekat2 lebaran, entah pertimbangan anak2 hari itu berdompet tebal hadiah THR ortu-nya atau pertimbangan hari libur. apapun itu, strateginya berhasil! strategi yang sama kini sedang diikuti oleh generasi baru dengan meluncurkan film get merried sebelum lebaran. namun sepertinya tak menjadi box office dan saya belum menontonnya.
namun ada satu yang jelas harus ada yaitu permohonan maaf, dari hati yang cantik dan terdalam, pipit ucapkan
TAQABALALLAHU MINA WA MINGKUM SHIAMANA WA SHIAMAKUM. MINAL ADIDIN WAL FAIDZIN
buat orang yang berhasil berperang melawan hawa nafsu.

Rabu, Oktober 10, 2007

Likuran

kalau akhirnya pertanyaan ini malah membuat saya balik ke jaman dulu yang masih berpikiran sempit, tepatnya jaman Raja Henry, saya tak berkeberatan.
kenapa harus ada tanggal 31?
selain ditanggal itu saya berkeberatan dengan kegiatan tertentu, tanggal itu pula yang kadang membuat saya linglung tentang sudah atau belumnya bulan mendatang saya masuki, namun juga tanggal itu yang membedakan kalender Masehi, Hijriah dengan tahun cina.
mulanya saya tak pernah mendapat jawaban semenjak kecil mengapa saya selalu mencium tanah basah selagi sholat Id, saya kecil kecewa karena sajadah baru juga basah karena rumput lapang semalam terkena hujan. semakin beranjak sering melewati sholat Id saya jadi tahu tiap takbiran hari selalu hujan. ini juga yang mungkin menyebabkan pertanyaan mengapa tiap takbiran tak ada bulan.
di keheranan yang sama namun kerumunan khas orang china saya kembali berpikir kenapa tiap imlek selalu hujan? satu-satunya jawaban hanya dari tetangga yang menjawab memang setiap imlek selalu hujan karena menandakan rejeki turun, bahkan bila sampai banjir maka banjir pula rejeki kita tahun tersebut. tetanggaku menjawab itu atas dasar tradisi bukan ilmu. berarti bisa juga kusambungkan bahwa tiap takbiran kita sedang dihujani berkah.
lain lagi sekarang, konon global warming membuat siklus dan suhu dunia berantakan. bahkan kebiasaan ibu sobatku yang mengajarkan pada murid SD bahwa musim hujan adanya di bulan berakhiran -ber menjadi ragu akan ajarannya sendiri.
pada satu tahun kita pasti bertemu 1 syawal dan imlek yang keduanya hujan, namun kenapa tiap 1 januari tidak hujan? harusnya ada satu tanggal masehi yang bisa menentukan kepastian hujan. ini dikarenakan masehi kelebihan satu tanggal dibandingkan dengan hijriah ataupun tahun cina. tanggal 31 menentukan semua ketidaksinkronan tersebut. berarti sebenarnya perputaran bulan dan astronomi jauh lebih akurat di bulan yang berisi 30 hari. toh penanggalan 31 juga bukan dari astronomi yang njelimet namun dari deklarasi seorang pastor di jaman Raja Henry yang lupa keberapanya. dan kenapa di tahun masehi semenjak tahun 2000 kita berpuasa 29 hari?? saya tak mau menyalahkan pemerintah ataupun organisasi Islam tentang perbedaan 1 syawal, dan tidak menyalahkan siapapun untuk memilih dihari apa ingin berlebaran. saya hanya rindu satu gema takbir, satu tanggal yang sama, satu untaian langkah yang sama. pada akhirnya memang perbedaanlah yang membuat dunia berwarna.
bila terdapat kesalahan data ataupun peristiwa murni keteledoran saya. memang sudah kebiasaan saya yang sering membaca namun tidak mengingat jelas detil seperti nama, tanggal ataupun tempat. yang saya ingat hanya garis besarnya saja. ijinkan saya untuk belajar lagi.
balik kepersoalan hujan adalah rejeki, saya selalu rindu hujan. bukan karena hujan adalah 1 dari 7 waktu yang tepat untuk berdoa atau bukan karena di tetesan hujan pertama doa biasanya terkabul, saya rindu hujan karena hujan membawa saya pada keutuhan batin yang tak terbayar sang matahari atau bintang. bilapun tidak norak saya sudah menari disebelah tihang memainkan selendang bak film India sebagai wujud kesenanganku pada hujan. sebelum itu semua dilakukan pastikan sudah mengamankan jemuran.