Selasa, Agustus 28, 2007

Bak Cacing kepanasan


27 Agustus Bandung luarbiasa dingin mau siang ataupun malam. jam 11 siang saya masih dikasur selimutan 2. bukan mengeluh saya malah merindukan Bandung sedingin itu.

saya melemah ditempat tidur, udara dingin tapi saya gilinggisik ga karuan. tangan saya mengetik pesan singkat lalu dihapus. ketik lagi hapus lagi. inginnya dikirimkan tapi saya tak punya cukup alasan kenapa saya masih saja mengingat ulangtahunya atau parahnya mengucapinya selamat. kurang ajar bila bilang kangen. sudah hampir tahun keempat dan janji yang keseribu untuk lupa dan hasilnya nihil. bahkan ditelinga saya masih saja ada derai tawa yang ulang tahun.

untungnya saya masih tersadar pada kemungkinan bahwa yang berulangtahun amnesia tentang saya atau yang ulang tahun sudah punya pendamping hidup. saya akan menghina diri dan menganggap rendah diri bila nantinya pesan singkat saya merusak harmonisasi orang yang sedang jatuh cinta. saya juga tersadarakan posisi hanya 'nduk' yang disebut oleh sang kakak kepada adiknya. pesan singkat tak jadi dikirimkan.

tadinya Blog saya ingin 'bersih dari apa yang saya rasa' atau narsisme lain. tapi kadung gila saya teruskan saja.

apa ada yang sadar kemarin bulan sedang purnama dan indah sekali. terang dan tak ada bintang hanya awan kencang berkejaran. mengingat boscha mengingatkan hari ini ada gerhana saya jadi sok melankolis menatap lekat sang bulan yang bayangannya terpantul indah di permukaan kolam ikan besar disebelah rumahku milik abah engkos. ketika saya menulis ini dipastikan teman-teman sudah muntah ber-ember-ember dan terheran-heran kemana ini tulisan mengarah. saya membayangkan dosen filsafatku bakal memarahiku karena selalu mempersonifikasikan benda mati daripada berkonsentrasi pada ilmu dan skripsiku, dia ketakutan nanti skripsiku isinya "wahai sang penguji utusan jelmaan aristotles.... dsb . mungkin juga teman2 yang punya pengalaman menulis mengaggap ini picisan.

yah ga apa-apalah terserah saja. karena ketika kalian sedang merasa hal yang sama saya maklum dan menjawab 'wajar....'

Minggu, Agustus 19, 2007

Biological Barcode

Pernahkah tanpa disadari anda tahu bahwa orang yang menelpon atau berkirim SMS adalah orang yang anda maksud tanpa harus melihat layar ponsel?, anda mengetahuinya justru dari ringtone atau fibrate yang ditimbulkan padahal anda menggunakan ringtone yang sama. saya menganggap setiap orang punya ringtone atau fibrate tertentu untuk mengidentifikasikan dirinya yang serumit sidik jari untuk menjadi spesifik dalam penggunaan teknologi sekalipun.

pernahkah juga anda tahu siapa yang akan datang kerumah lewat sayup suara motornya yang berada lebih dari 100 meter dari rumah? padahal mungkin yang dipakai motor yang sama,

ada yang menyebut intuisi saya meyebut itu sebagai Biological Barcode,

saya termasuk orang yang sloppy untuk sekedar iseng meneliti setiap kejadian untuk menarik sebuah kesimpulan, saya hanya mengetahui apa yang sering ter-indra menjadi terbiasa.

sepertinya bila di computerized manusia memiliki barcode sendiri, atau saya berpikir udara sebenarnya partikel padat, seperti pasir atau air, yang pergerakannya sedikit saja orang disekitar terasakan gelombang atau gerakannya. mereka punya code sendiri yang bisa gunakan untuk menyampaikan pesan, sayang saya bukan anak IPA jadi tak tahu mengenai rumus teori ini. andaikata ini diperdalam kita bakal tahu tentang bencana alam jauh sebelum terjadi bahkan orang yang berniat jahat sekalipun. bahkan udara bisa menyortir berita baik atau berita buruk yang akan mampir ketelinga seseorang. tanpa melupakan ada BIG POWER yang menguasai alam.

banyak kejadian sebenarnya, seperti waktu SMU saya makan disuatu rumah makan, kondisinya tak beda dengan rumah makan biasa, namun sejam sebelumnya saya tahu pemecatan bakal terjadi, baru saja saya berpikir demikian manajer dan salah satu pelayannya masuk keruangan staff dengan mimik muka tak seramah biasa. dan benar saja tak lama pemecatan yang kurang sopan tepat terjadi didepan hidungku mirip dengan film kartun yang membentak 'kamu dipecat!' tapi tanpa tendangan keluar ruangan pastinya.

temanku di kampus lain lagi, dia selalu saja cerita tentang teman terdekatnya sampai detil (khas orang kasmaran bukan?) dan yang khas juga orang yang mendengarkannya jadi Gedeg' kadang ocehannya itu cuman didengar seperapatnya saja. akhirnya dalam segala kelelahan saya menyuruhnya diam lalu saya bilang" kamu harus gini..... soalnya dia.... nantinya dia bakal... percaya deh akhirnya dia bakal bicara...". sumpah saya tak pernah berencana bicara perti begitu namun herannya ucapan saya 99% benar!, waktu itu saya sebut itu cuman keberuntungan 1:1000, dan menolak dengan keras ilmu klenik.
saya dulu berpikir jauh lebih mudah menilai masyarakat kota nan modern, karena mereka selalu menurut pada sebuah kertas hukum, ilmu atau tatakrama tertentu. saya pikir daripada sibuk mikirin aturannya saya persiapkan diri saya untuk menghadapi 'kunci' orang yang melanggarnya. semula berhasil namun kemudian saya keblinger.

sepertinya ini yang membuat skripsi saya terkatung tak karuan sibuk mengurusi hal kecil, hal yang besar terlupakan. namun dari udara yang saya rasakan saya mengira skripsi saya akan selesai sesuai waktunya. wallahu a'lam bishshawab