Kamis, Juli 30, 2009

Basa Inggris oh So' Limited

Beberapa hari yang lalu saya mendapat pesan singkat dari sahabat yang meminta dukungan SMS untuk kakaknya karena menjadi finalis Duta Bahasa.

Konon Bangsa Indonesia mempunyai masalah dengan berbahasa Inggris. Sepertinya benar, ingatkah ajang Miss Universe dimana Indonesia mempunyai wakil dan kesempatan untuk promosikan negaranya. ketika saatnya datang, putri yang konon tercantik di Indonesia saat itu (Nadine Chandrawinata) santai saja bilang “Indonesia is Beautiful City” WHAAAAT??? Mesti diingat putri Indonesia dipilih tidak sembarangan dikarantina dengan guru2 terbaik bangsa. Ya.. kupikir benar kini mulai saatnya membiasakan diri berbahasa Inggris

Di rumah saya biasa bicara Bahasa Inggris Garut dengan kakak, di kantor kebiasaan itu berlanjut (malah lebih parah) dengan rekan sekantor. Menyebut masuk angin=Enter Wind, panas dalam=Hot Inside, dan kata-kata lain yang memang tak ada atau tak bisa bahasa inggrisnya. Bahasa Inggris Garut adalah istilah orang sunda menyebut bahasa inggris yang kacau, Tanpa bermaksud menjelekkan kota dan orang Garut.

Saya tak pernah mengerti mengapa ada yang mengagungkan bahasa Inggris sebagai symbol status padahal bahasa Inggris adalah bahasa yang paling sederhana dan paling terbatas menjabarkan sesuatu. Hal ini baru saya sadari ketika baru saja membaca buku ISLAM (Faith-Culture-History)karya Paul Londe.

Hanya membutuhkan lima halaman sebelum akhirnya saya tangguhkan menyelesaikan bacaan karena isinya ‘berat sebelah’. Paling membuat saya kecewa adalah transelerasi Dia untuk Allah swt adalah He/Him. Padahal Allah bukan manusia berjenis kelamin laki-laki. Sebenarnya masuk akal sih karena Bahasa Inggris menyeratakan benda dengan It namun itu untuk kata benda dan tidak ada unsur penghormatan sekali, tak bisakah cukup dengan kata Allah saja kalau memang sulit dicari Bahasa Inggrisnya?. Semoga kelak saya menemukan Al-Quran dengan translate Inggris yang BENAR entah di belahan dunia mana.

Lalu saya teringat dengan topic yang pernah diangkat oleh harian Pikiran Rakyat bahwa ada ratusan bahasa dunia yang terancam punah, penjelasannya ada di sebuah buku tapi saya lupa judulnya. Dalam topic yang sama disuguhkan juga quotes dari seorang Duta Bahasa Indonesia saat itu katanya “Bahasa Indonesia kelak akan menjadi 4 Bahasa Terbesar di Dunia”.

Wajar bila nanti Bahasa Indonesia menjadi bahasa yang besar dan penting dikuasai dunia mungkin setelah Bahasa Inggris, Mandarin. Penduduknya yang padat sudah mengidentifikasi hal tersebut. Dengan penduduk yang jumlah adubilah itu pastilah diantaranya ada yang ekspansi keluar negeri dan menikah yang secara otomatis membawa Bahasa Indonesia menjadi bahasa ibu. Selain itu Indonesia mempunyai tutur bahasa yang lebih baku dan rapi dibandingkan dengan Negara serumpun malayu lainnya. Bahasa Indonesia tidak akan berubah arti meskipun berdiri sendiri-sendiri berbeda dengan Bahasa Inggris

Nasionalisme saya berkobar, Indonesia ternyata jauh lebih baik.Bahasa Indonesia diperkaya oleh banyak bahasa daerah yang punya tingkatan bahasa untuk menunjukkan rasa hormat baik umur maupun ilmunya. Untuk kata ‘Kamu’ dalam bahasa Sunda ada banyak tingkatan mulai dari sia-maneh-anjeun beda dengan English yang menyebut You, dan contoh lain beserta bahasa lainnya pasti anda lebih tahu.

Post ini bukan dimaksudkan untuk membenci bahasa Inggris melainkan justru harus mengenal. Hal yang paling tidak bisa orang Indonesia lakukan adalah belajar bicara bahasa Inggris. Kita harus memulainya untuk meningkatkan kualitas bangsa di mata dunia (walupun ala Garut) toh di Singapura juga Bahasa inggrisnya tidak fasih benar, oleh sebab itu disebut Singlish. Maka sebutan untuk Bahasa Inggris ala Indonesia adalah Indlish atau untuk Sunda English jadi Sunlish or Garlish…

Sekian explanation dari sayah, Hatur Thank U…

Jumat, Juli 10, 2009

Tantangan Bukan untuk Pengecut


Dari banyak keputusan maka keputusan yang baru saya ambil 2 minggu lalu adalah keputusan paling polemik. Satu sisi saya menyukainya sisi lain banyak tantangan (cercaan?) mesti segera dilalui.

Disini pekerjaannya main hati, melenceng sedikit dari niat bukan tak mungkin status riya disandangkan di belakang nama.

sama halnya seperti memutuskan memakai jilbab sekitar 5 tahun lalu, kesiapannya hanya 50% sisanya tantangan. Diawal memakai jilbab masih sekedar pakai tingkah laku tak banyak beda. lama-lama ya prosesnya mengerucut dengan sendirinya. Berubah dengan banyak masukan dari teman.

Ini pun begitu, rasanya saya belum menggambarkan apa yang saya tulis. sekedar membaca, mengunduh lalu publish yakinlah bahwa semua orang bisa melakukannya, tapi menyesuaikantingkah laku?.

Akhirnya saya berharap perlahan ibadahku membaik. Setidaknya ada waktu dalam hari-hari saya pernah mengajak pada kebaikan. Biarlah kata-kata buruk dan keraguan dari orang lain menjadi kenikmatan pahala untukku.