Sabtu, Januari 05, 2008

satu peluru dua target

BINTANGIN
sedang ingin bahas itu, karena sudah tidak relevan lagi. Dia melakukan kesalahan paling fatal di dunia kreativitas, yaitu mengulangi ide yang sama untuk 2 kali penayangan. Iklan ini lucunya justru saat pertama kali keluar. Bintangin mulai tidak peka malah terkesan keluar dari persaingan dan mengakui kehebatan Tolak Angin.


Harusnya bintangin lebih berani dan belajar pada Teh Botol Sosro, dengan satu tagline apapun makanannya minumnya teh Botol Sosro mereka berani mengeluarkan lebih dari 4 versi, mulai dari 'makan ati', 'rantai makanan' juga kuda lumping' bahkan sebelumnya ada iklan yang slice of life gitu. Menembak dua sasaran dengan satu tujuan sudah rahasia umum pasti gagal.


Tolak angin sekarang bukan lagi pintar tapi jenius. mereka pakai isue terhangat paling megang tahun ini yaitu pencurian karya oleh malaysia, lalu endorsernya Agnes Monica, pakai unsur politik segala biar bisa dilirik pemerintah, dan hebatnya lagi mereka pakai Butet Kertaredjasa yang memang seorang seniman yang mempunyai 'kekuatan mengajak' lewat suaranya dan mungkin mereka cari aman juga karena dengan begitu Butet pasti tak banyak berkoar dengan cara parodi tentang hal curi-mencuri ini.


Sebelumnya saya bilang terhibur, untuk iklan yang kedua saya bilang kecewa sekali.

resolusi bukan untuk tereksekusi

Sebelum baca habis blog ini ku anjurkan baca post sebelumnya dan kecewalah karena itu bukan saya sekarang.


saya tak akan menyangkal bagaimana skripsi saya sebelum seminar usulan penelitian diberikan banyak kemudahan hampir mirip mukjizat. Namun setelahnya saya baru tahu pressure yang sebenarnya baru saja terjadi. Seperti tak sanggup menghadapi ini semua antara skripsi, kewajiban mulang pada orang tua, jadi anak manis atau berdiri idealis. Duh pilihan dancing out itu menggoda mata, andai tahu dimana kampus DOI tepat detik ini ingin kutancap motor bergegas pergi kesana untuk mendaftarkan diri.


Saya tertekan, tapi entah bercerita pada siapa, andai tak kupilih jalan taaruf mungkin saya akan berlari ke pelukan kekasih, berbicara dengan terburu-buru seolah napas akan berhenti saat itu dan menceritakan apa yang rasanya membuat dada jadi sesak begini, atau menangis termehe-mehe menunggu untuk dibelai atau ditenangkan hati atau aku bahkan akan memintanya tolong bawa saya pergi kemana saja. Kemana saja.


Tapi saya begitu kenal diri ini langkah diatas hanya ada di negeri awan , palingan saya akan berlari ke mesjid yang pertama terlintas di kepala membaca alquran, tidur seharian disana dan pulang sehabis maghrib. Atau pergi ketempat dimana saya menghabiskan bayak waktu diantara tumpukan buku di tempat terindah : Tea-house. Dan saya tak mungkin mengingkari tekad, keputusan langkah ataupun serapah yang sudah keluar dari mulut sendiri jadi harga mati, pepatah tabu menjilat ludah sendiri begitu kuatnya. dan bodohnya semua keputusan itu berisi hal yang ternyata merugikan diri sendiri.


Semenjak merubah total hidup saya sejak kurang lebih lima tahun lalu bersamaan dengan dipakainya jilbab, semuanya jadi tambah berat bahkan saya tak lagi banyak curhat, bergosip atau melakukan hal yang kebanyakan perempuan normal lakukan. Saat itu saya merasa tipis beda antara curhat dengan menjelek-jelekkan orang, dan kurang bersyukur. Taruhan, anda yang membaca saja pasti tak mengerti apa yang sedang saya bicarakan, atau tentang siapa, semua terlalu bertumpuk atau saya terlalu rapih menutupinya.


Dengan begini saya memulai tahun baru 2008, entah dalam artian positif ataupun negatif.