Sabtu, Mei 02, 2009

Politik


Nyalakan TV! kagetlah

Ketika mengetik ini tangan saya gatal melebihi mulut mengomentari kasus pembunuhan Nasrudin dengan Tersangka Anatasari Azhar, saya ulang Antasari Azhar!!!

dunia terlebih lagi 2008 sampai 2009 adalah saat dimana orang 'naik dan turun' hanya dalam hitungan setahun. masih hangat dibicarakan bagaimana cemerlangnya seorang Antasari Azhar membongkar kasus korupsi besar-besaran selama tahun 2008. seiring dengan itu pujian, serta ulasannya banyak dicetak media dalam dan luar negeri. wajah dan karismanya pada masa itu seperti sebuah kesatuan yang tak terbantahkan. lalu lihat tahun ini? dia menjadi tersangka atau saksi dalam pembunuhan Nasarudin, hinanya lagi hanya karena urusan asmara pada seorang ayam kampus dan berprofesi sebagai Caddy rani juliani. ternyata pesona wanita telah membuat darah tumpah percuma bagi orang politik.

sewaktu belum terbongkar ada unsur asmara saya berpikir -berkhusnuzon- tepatnya bahwa antasari Azhar adalah korban aktor politik yang sekarang memang sedang terkenal semakin kejam. dia adalah tumbal dari lawan politik yang mungkin merasa dirugikan dengan diciduknya banyak tokoh dalam kasus korupsi. tapi tahu apa saya soal politik? tujuan mereka sudah jauh dari keinginan mensejahterakan rakyat, sampai rakyat muak dan memilih apatis terhadap pemerintah.

semoga ada yang sadar bursa pencalonan capres-cawapres sekarang ini menjadi ajang saling jilat-menjilat ludah. lucu juga melihat ketua Gerindra bergetar dan gugup berpidato dihadapan partai politik yang dahulu menjadi musuh bapaknya hanya demi koalisi capres-cawapres. saking muaknya rakyat ternyata para ustad ikut-ikutan gerah. entah pengajian keberapa saya mendengar mereka juga ikutan muak tentu saja dengan kalimat yang lebih halus seperti 'coba kalau damai barang sehari ikut berdoa bersama' dll yang sayang saya tak ingat persisnya.

sudah jangan bicarakan lagi bursa caleg yag carut marut itu, politik tidak membuat anda puas. jangan bilang demi alasan 'ingin bermain dari tengah bukan dari pinggir lapangan agar bisa ikut berperan mensejahterakan rakyat' menjadi boleh sikut-sikutan.

saya cukup berpolitik dengan tidak menjadi golput, bukan demi fatwa haram tapi demi suara saya yang ingin sampai ke senayan. dosen saya lain lagi bagi dia politik adalah kesenangan tak terkira. saya akan menuliskannya kenapa, dan saya akan menganggap anda tak mengerti bahasa sunda karena politik adalah ngompol dina liang seutik. duh tobat pak....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar