Sudah cukup segala narsisme saya tertuang disini.
Kini biarkan saya melihat lagi hal lain.
'waktu' menjadi kawan saya sekarang, angin menyampaikan kabar kegelisahkan yang terbukti bertahun belakang. Kumohon sekarang ada yang lebih peduli dari sekedar waktu.
Saya menulis ini sedang mengingatkan diri saya sendiri, anda boleh juga introspeksi. Indonesia butuh lagi tata krama teman!, butuh lagi tepa sliro dan semua kata yang menjadi tagline pelajaran PPKN. Benar! Segala kesialan ini berdampak pada hancur perlahannya negara yang kita cintai.
Ada satu kalimat yang samar2 terdengar dari pengeras suara mesjid, sang Da'i bilang, percaya kah bahwa bagaimana kita memperlakukan diri juga sama memperlakukan alam. Bahkan dengan jelas beliau menyebut bahwa 1 dari 10 sebab gempa adalah istri yang membangkang pada suami, di hari lain dia juga menyebutkan pemakaian parfum dapat menyebabkan banjir(tak begitu jelas soal banyak, atau jenis, niat dsb). Mungkin yang merasakannya justru tanah lain yang tak kita pijak. ya.. saya jadi ingat ada puisi sufi bertutur : kamu kira kamu hanya jasad kecil saja. Padahal pada dirimu terkandung alam semesta.
Pers asing dan acara asing sudah mulai kembali keakar, mereka galakkan lagi sopan santun, silaturahmi sesama manusia,, bahkan mendahulukan ibu, saling menolong yang ternyata tak pernah merugikan. Belum dengan gaya hidup mereka lebih green : pakai sepeda, bawa tas belanja sendiri, mengurangi plastik dsa. Hei ternyata itu tak asing buat kita, indonesia jaman dulu berarti jauh lebih maju bila melihat dengan konteks kacamata kekinian.
Percaya atau tidak di luar negeri 'latah' sedang jadi fenomena di acara2 televisi , buat kita? Tak lebih dari guyonan dan kita sudah menduhului bahkan sejak mak uwok copot eh copot-copot. Bersiaplah semua mata akan menuju pada budaya timur......
Rabu, Maret 12, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar