Bandung waktu saya nulis ini suhunya mungkin 20 kurang, percaya saja waktu saya bilang jam 12 siang. rencananya mau liar ke dago atas diurungkan berhubung kulit saya belum setebal polarbear, dingiiiii....iiin.
saya memang tak bisa hidup di suhu lebih panas dari 34 derajat itu juga yang jadi alasan saya betah di Bandung, satu kesempatan saya pernah pergi ke Karawang yang tak seberapa jauh dan kulit saya langsung gatal2 mungkin kena tampak. akhirnya ibukota jakarta pun tak pernah menyilaukan mata untuk ikut bertarung nasib kesana.
namun sekarang-sekarang ini saya sedang tak betah di bandung, maaf anda salah kalau menyangka macet dan gersang menjadi biang kerok. saya menganggap hal itu wajar buat kota satelit dan terbukti mendatangkan pendapatan sektor pariwisata.
lalu apa
saya sedih kepada anak muda Bandung yang kelewat kreatif. memang kreatif adalah darah yang musti mengalir di kota ini. inovasi di bidang makanan, musik bahkan seniman aneh bandung memang gudangnya. Bandung menawarkan kesenangan tiada tara dan kesyahduan yang tak terkira. kalau kata ustad terkenal menilai Bandung adalah kota dimana perbuatan haram seinternasional bahkan bermula dari sini dan kedalaman religi juga berasal dari sini.
namun kesenangan dan hiburan itu mulai meminta korban nyawa, IPDN dengan kesenangan mengkader sudah basi. yang terbaru tentang dunia musik underground yang menelan hampir 10 nyawa. dan yang terbaru justru mafia bisnis striptease di kota yang menurut walikota tahun 2010 akan bebas maksiat.
saya bukan orang tepat untuk menilai apalagi menghakimi, hanya merasa sayang kesenangan itu harusnya tidak merugikan. saya menolak metropolitan.
adakah kota lain yang mau menapung saya..... hiks....
Kamis, Februari 14, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar