Selasa, April 01, 2008

Ayat-Ayat cinta Kontroversi

oke! saya akui telat nonton film ini. satu saja alasannya, males ngantri! gilanya hampir sebulan film ini tayang dan saya tetap.... antri!

Buat yang penah baca bukunya saya ucapkan selamat kecewa, apalagi untuk yang berharap akan mirip abis. Dan buat yang belum baca bukunya saya ucapkan selamat bergabung dengan grup presiden.

Saya akan berlagak sok kritikus film

Pujian saya ditujukan untuk:

Hanung tentu, sudah nekat memfilmkan novel religi yang berlatar belakang mesir namun menghadirkannya di Semarang. Untuk keberaniannya membuat cerita jauh dari novel. Nung! Ini adalah editan film garapanmu yang terapih! Kurasa continuity menghadirkan skill membuat film. Coba nung ulangi kesuksesanmu dengan menggarap novel Tuhan Ijinkan Aku Jadi Pelacur?? Semoga tak mendapat ancaman dibunuh seperti penulisnya.

Fedi nuril, untuk kemauannya belajar bahasa Arab, dan kapan mau macarin pipit nurul?

Habiburahman el Shirezy, core dari cerita ini berasal dari novel anda, dengar-dengar akan memfilmkan ketika cinta bertasbih?? Waspadai second success sindrome karena novel kedua ini tak sedasyat AAC.

Kritikan …. Berhubung saya penggila film, kritik dan pujian mestinya tak berpengaruh.

Justru saya mengkritik para pembaca novel AAC yang kecewa. Bagusnya kita selalu membedakan satu karya dengan lainnya. Novel dibuat oleh orang yang berbeda dengan sutradaranya. Karena saya suka baca lambat laun saya mengerti bahwa menilai karya tulis harus dipisahkan dengan penulisnya. Tulisan seseorang lahir dari bacaan yang dia baca, pengalaman yang dia punya bahkan khayalan yang dia rasa. Jangan heran kita sering mendapati buku yang mengajarkan berakhlak baik justru dari orang yang bejat. Makanya saya tak kaget menemukan tulisan yang ‘garang’ namun keluar dari orang pendiam, lemah lembut, santun bahkan romantis. Sampai sekarang saya tetap berpandangan begitu. Bahkan saya belum membaca satupun tulisan karya Dee yang fenomenal sekalipun seperti supernova, karena saya mengagumi beberapa pemikirannya sebagai individu. Begitupun dengan bukunya Cak-Nun untuk yang ini uangnya selalu berebut dengan bacaan lain saya harap bisa berguru langsung padanya suatu saat.

Siapa yang se-isme dengan saya? Berarti tunggu tulisan saya…..

5 komentar:

  1. ya, saya tunggu tulisannya. tapi jangan lama-lama ya, Pit!

    hehehe....

    BalasHapus
  2. nyatanya saya lebih suka save semua post zen di ketimbang menulis... he

    BalasHapus
  3. Film AAC adalah film yang saya komentari positif, karena jdi bahan pelajaran buat muda-mudai yang sedang pacaran agar meninggalkan hal yang diharamkan itu. tentunya dengan pencernaan pikiran dan niat yang lurus dalam memahami syariat taaruf sesuai dengan tuntunan Rasulullah.
    satu hal jangan salah perepsi tentang poligami dalam AAC karena itu adalah halal yang diberikan Allah SWT. asalkan bisa adil yang seadil-adilnya.
    Sang sutradara emang melencengkan film ini jauh dari novelnya.itulah bumbu dari film itu.karena dikejar durasi seperti halnya advertising tv kan? ditunggu tulisannya,
    syukron n sukses buat ukhti Pinufa...
    afwan ya ukhti.

    BalasHapus
  4. AAC menurut saya justru sedang melucu tentang poligami. ingat ketika facri bingung tidur dikamar siapa akhirnya memilih di sofa. menurut saya itu film komedi.

    soal menulis justru saya sedang mundur teratur. salam

    BalasHapus
  5. kenapa mesti mundur teratur, justru dengan menulis kita memberikan banyak manfaat dan maslahat bagi orang banyak.bukan kah itu termasuk mengentaskan kebodohan orang banyak.jadi tetaplah bersemangat untuk menulis ya Ukhti.

    BalasHapus