“orang yang bodoh adalah orang yang meminjamkan bukunya, dan orang yang paling bodoh adalah orang yang mengembalikan buku pinjamannnya”
silakan bunuh diri bila kecewa bahwa nasihat itu justru keluar dari mulut seorang dosen. Dosen lainnya justru lebih gila katanya bila melihat artikel menarik dalam suatu buku/ literatur maka sobeklah! Bawa pulang.
Diatas langit ada langit, diatas gila ada paling gila karena kedua dosen itu adalah dosen favoritku selama kuliah. Tapi tenang saja saya tidak seekstrim menuruti nasihatnya walau ternyata nasehat tersebut ada gunanya.
Saya banyak sekali membaca buku terutama buku populer. Ketika saya bercerita tentang isi novel atau buku populer pada teman maka spontan mereka ingin meminjam. Saya tak ijinkan karena memang tak punya. Baru saya sadari ternyata pertemuan saya dengan buku bisa dibilang misterius bila tak mau dibilang nasib.
Ritual saya memang suka main ke toko buku atau tukang loak jualan buku bekas di pusat kota Bandung. Salah kalau ada yang menyangka saya pasti memiliki koleksi buku satu lemari penuh atau lebih ekstrim lagi yaitu sebanyak teman koleksi teman saya satu kamar mirip 'gua Hira'. Karena memang koleksi buku saya bisa dihitung dengan jari yang saya miliki dan meminjam jari teman sedikit. Ini bila maksudnya buku diluar buku akademis.
Dalam ritual itu biasanya saya melihat buku baru, lalu sedikit berpandangan bahwa buku tersebut pasti best seller dan memang terjadi tak seberapa lama. Anehnya bukannya membeli saat belum booming saya justru bisa membaca buku-buku best seller setelah booming. Padahal dalam dunia sinema itu berarti ekslusivitas nonton premiere, bercerita tentang film pertama kali dan pendengar pasti tak ikut komentar bila belum menonton andai ditambahin bumbu-bumbu sebdiri takkan dicap bohong. Bila digambarkan mirip seorang sufi dimana pengikut menelan bulat-bulat omongannya.
Hubungan saya dengan buku biasanya dumulai dengan 'menandai' buku kemudian si buku saya sumpahin bakal saya baca! Tentunya dengan sedikit berdoa memohon 'ya Allah takdirkan saya bisa membaca buku ini bagaimanapun caranyas ungguh kekuasan hanya ada pada-Mu' dan berikut mungkin jawabannya.
Percaya atau tidak saya membaca seluruh seri Harry Potter tanpa memiliki satu buku pun, dan perkenalan dengan buku itu justru didapat dari teman dekat yang setiap hari bareng dia baca berari-hari sampai lecek saya jadi penasaran membaca buku HarPot pertama hanya dengan beberapa jam saja lalu jatuh cinta. serupa dengan koleksinya Ayu Utami dan Fira Basuki kecuali seri Mrs B aku tak begitu suka teenlit or Chiclit. Koleksi selanjutnya saya pinjam dari sebuah Taman bacaan.
Lalu Buku Habiburahman El Shirezy justru terjadi saat saya harus mencari bahan untuk tugas kuliah dan uang saku selalu kalah bila harus memilih novel daripada buku akademik tanpa pernah saya cerita begitu inginnya punya buku tersebut eh teman tak terlalu dekat memberi kado buku kang Abik saat ultah.
Yang aneh justru pertemuan saya dengan buku Jalaluddin Rahmat, beliau guru besar fakultas Ilmu Komunikasi dan menjadi semacam buku wajib entah mengapa saya justru bisa tenang membaca isi buku komunikasi saat saya ambil sosial itupun saya lahap isinya diperpustakaan , dan buku Road to Allah yang keren itu justru dipinjami teman yang belum begitu lama kenal dan baru pulang dari Aceh.
Kalau memang harus cerita pertemuan saya dengan isi buku-bukupopuler mungkin saya harus membuat sepuluh atau seratus posting. Mirip menggambarkan kebesaran Allah yang walaupun harus ditulis dengan tinta sebanyak lautan dan ditambah lautan lagi tetap tak tergambarkan. Saya jadi excited menceritakan nasib yang justru lebih indah lagi. Kebetulan-kebetulan yang saling behubungan semakin menyilaukan mirip dengan banyak pertemuan dengan orang-orang sekilas namun bertahun kemudian bertemu lagi justru berkawan baik. Wah harus lebih peka membaca alam nih... aku tak sabar melihat indahnya nasib kelak dan meceritakan kembali di posting disini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar